STUDI KASUS ILMU KOMUNIKASI
DINAMIKA KOMUNIKASI PADA FARMASIS DI KLINIK UTAMA HITAYUWANA DAN KLINIK PRATAMA H.R.S DIRDJOWIDJONO
DISUSUN OLEH:
ROHMI DWI UTAMI (1548067)
POLITEKNIK KESEHATAN BHAKTI SETYA INDONESIA
D III FARMASI
2017
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt, karena dengan rahmat dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini, sholawat dan salam senantiasa tercurah pada junjungan kita nabi Muhammad Saw. Tidak lupa pula saya mengucapkan terimakasih kepada dosen pembimbing yang terlibat dalam pembuatan makalah ini. Saya menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan, untuk itu kritik dan saran yang membangun sangat saya harapkan agar dalam pembuatan makalah selanjutnya dapat lebih baik. Harapan kami, semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk saya pada khususnya dan rekan-rekan pada umumnya.Aminn
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Yogyakarta, 22 Januari 2017
Penyusun,
BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Apotek sebagai tempat dilaksanakanya pekerjaan kefarmasian mempunyai peran penting sebagai tempat untuk memperoleh informasi tentang obat. Pelayanan kefarmasian semakin berkembang dari masa ke masa, tidak terbatas hanya pada penyiapan obat dan penyerahan obat pada pasien saja, tetapi kini perlu melakukan interaksi atau komunikasi dengan pelanggan, dengan melaksanakan pelayanan secara menyeluruh oleh tenaga farmasi.
Orientasi pelayanan kefarmasian sendiri terus berubah seiring berjalannya waktu. Bermula dari drug oriented (penjualan obat sebagai prioritas), kemudian menjadi service oriented (pelayanan kepada pasien sebagai prioritas) dan kini telah menjadi public oriented (masyarakat luas sebagai prioritas).
Oleh sebab itu, diperlukan strategi yang baik untuk mendirikan sebuah apotek. Karena kini, masyarakat sudah semakin kritis dalam hal kesehatan. Tentunya selain ingin memperoleh obat untuk mencapai kesehatan jasmani, masyarakat juga akan memikirkan kembali tentang bagaimana pelayanan seorang farmasis kepada pasiennya. Sebab, orang yang sehat saja ingin dilayani dengan baik, apalagi orang yang sakit.
Sehubungan dengan hal tersebut, saya selaku penyusun bermaksut untuk membandingkan dinamika komunikasi seorang farmasis di dua klinik yaitu di Klinik Utama Hitayuwana dan Klinik Pratama H.R.S Dirdjowidjono.
B. RUMUSAN MASALAH
I. Kenapa pelayanan kefarmasian sangat penting untuk diperhatikan bagi seorang farmasi?
II. Bagaimana sistem pelayanan kefarmasian di Klinik Utama Hitayuwana dan Klinik Pratama H.R.S Dirdjowidjono?
III. Apa yang membuat klinik tersebut lebih diminati oleh masyarakat?
BAB II
PEMBAHASAN
I. Pelayanan kefarmasian sangat penting untuk diperhatikan bagi seorang farmasi.
Konseling kepada pelanggan merupakan salah satu bagian dari pelayanan farmasi, karena baik tenaga farmasi maupun pelanggan memperoleh keuntungan dari kegiatan konseling. Masyarakat awam menganggap petugas apotek, apoteker atau asisten apoteker adalah orang yang paling mengetahui tentang segala hal yang menyangkut obat. Sering kita lihat apotek hanya sekedar sarana jual beli obat, dimana para pelanggan membeli obat yang ia inginkan, kemudian membayar, dan urusan pun selesai, padahal terkadang pelanggan bingung bagaimana penggunaan obat tersebut, terlebih jika pelanggan belum pernah menggunakan obat tersebut. Selain itu pelanggan yang datang juga membutuhkan kenyamanan secara psikis, karena sakit fisik yang mereka alami terkadang sebagai akibat gangguan psikis. Dan tugas dari apoteker atau petugas kefarmasian lainnya adalah mampu memberikan pelayanan kefarmasian yang menggunakan keterampilan komunikasi dengan baik kepada pelanggan apotek.
II. Sistem pelayanan kefarmasian di Klinik Utama Hitayuwana dan Klinik Pratama H.R.S Dirdjowidjono
Ø Apotek di Klinik Utama Hitayuwana
Terletak di Jl. Dr. Rajimin, Wadas, Tridadi, Sleman, termasuk klinik swasta milik perorangan yang buka dari jam 09.00-21.00 WIB membuka Poli THT, Poli Anak, Poli Penyakit Dalam, Dokter Umum, Bidan, dan EKG, klinik/apotek tersebut memiliki cukup banyak pelanggan karena apoteker di apotek tersebut merupakan apoteker profesional, ramah, terbuka menerima saran dari pasien, bersih dan rapi. Walaupun Apotek Hitayuwana masih tergolong apotek kecil yang belum semua obat ada di apotek. Saya melihat sendiri bila ada pasien yang membutuhkan obat tapi obat yang diinginkan tidak tersedia di apotek si apoteker mengusulkan untuk ke apotek lain yang lebih besar atau lengkap. Sebelum memberikan obat pasien si apoteker juga terlebih dahulu bertanya apakah ada alergi tehadap obat, dan mengecek tekanan darah bila perlu. Dari hal – hal yang dilakukan oleh si apoteker tersebut berarti komunikasi antara apoteker dengan pasien sudah berjalan baik yaitu komunikasi interpersonal.
Seorang apoteker atau tenaga kefarmasian tidak akan berhasil melakukan konseling jika dia tidak menguasai farmakoterapi dan farmakologi dengan baik. Apalagi, interaksi obat, efek samping, dan masih banyak cabang ilmu farmasi lainnya. Namun ternyata tidak hanya itu saja, yaitu mengggunakan keterampilan komunikasi untuk meningkatkan pelayanan kefarmasian di Apotek Hitayuwana contohnya dengan konseling. Dalam konseling, seorang apoteker harus mempunyai solusi atas masalah yang dibawa pelanggan. Dan memang itulah yang membedakan konseling dari informasi obat lainnya. Selalu ada masalah yang harus dipecahkan. Keterampilan komunikasi konseling oleh apoteker yang dapat membantu pasien.
Konseling dalam ruang lingkup kesehatan seperti farmasi merupakan suatu proses komunikasi antara apoteker dengan pasien, keterampilan si apoteker dalam merespon pernyataan dari pasien dan mengkomunikasikannya kembali sangat penting dalam proses konseling. Konseling biasanya berlangsung sangat kondisional dan melibatkan beberapa tehnik konseling sekaligus dalam rangka menjalin hubungan dengan pasien sebagai proses awal konseling seperti contoh pembicaraan antara seorang asisten apoteker yang dapat disebut seorang teman sejawat dan seorang pelanggan sebagai informan, kemampuan berkomunikasi menjadi hal mutlak dalam konseling. Di Apotek Hitayuwana memang dilakukan konseling tapi tidak dalam ruang tertutup khusus yang dapat menyebabkan timbul rasa malu atau canggung dari pasien untuk mengungkapkan keluhan – keluhan yang dideritanya kepada si apoteker. Sehingga komunikasi interpersonal dan kalimat paraphrasing yang merupakan bagian – bagian dari kemampuan komunikasi yang benar tidak dapat dilakukan secara optimal di Apotek Hitayuwana.
Ø Apotek di Klinik Pratama H.R.S Dirdjowidjono
Terletak di Jl. Letkol. Subadri No 63, Triharjo, Sleman, termasuk klinik swasta milik perorangan yang buka 24 jam melayani praktek dokter gigi, UGD, Rawat Inap dan Poli Anak, klinik/apotek tersebut memiliki tempat yang strategis karena berada di jalan yang ramai orang beraktifitas karena dekat pasar, apoteker di apotek tersebut pun merupakan apoteker professional yang ramah. Namun dikarenakan harga obat-obatan yang relatif lebih mahal daripada di apotek lain, apotek di Klinik Pratama H.R.S Dirdjowidjono cenderung lebih sepi dibandingkan apotek di Klinik Utama Hitayuwana. Saya melihat sendiri saat ada pasien yang membutuhkan obat, pasien tersebut tidak jadi membeli karena harganya lebih mahal dari obat yang ia beli di apotek lainnya kemudian memilih untuk berpindah ke apotek lain yang lebih murah. Selain itu, pelayanan kefarmasian sering kali terganggu karena tempat yang dekat dengan jalan ramai sehingga pasien menjadi kurang begitu mendengar apa yang dijelaskan oleh apoteker ataupun tenaga teknis kefarmasiaan.
Komunikasi merupakan sebuah proses yang didalamnya kita dapat memahami orang lain dan pada gilirannya berusaha untuk dapat dipahami orang lain, komunikasi dalam kehidupan menjadi jembatan untuk mengantar kita pada berbagai kehidupan, karena itu komunikasi merupakan bagian dari kehidupan. Dapat dipastikan bahwa kita berkomunikasi dalam semua aspek kehidupan bahkan bagi seseorang yang menggeluti suatu profesi, keterampilan komunikasi sangat mempengaruhi keberhasilan profesi seseorang tersebut.
III. Yang membuat klinik tersebut lebih diminati oleh masyarakat.
Pelayanan kefarmasian semakin berkembang dari masa ke masa, tidak terbatas hanya pada penyiapan obat dan penyerahan obat pada pasien saja, tetapi kini perlu melakukan interaksi atau komunikasi dengan pelanggan, dengan melaksanakan pelayanan secara menyeluruh oleh tenaga farmasi.
Orientasi pelayanan kefarmasian sendiri terus berubah seiring berjalannya waktu. Bermula dari drug oriented (penjualan obat sebagai prioritas), kemudian menjadi service oriented (pelayanan kepada pasien sebagai prioritas) dan kini telah menjadi public oriented (masyarakat luas sebagai prioritas).
Oleh sebab itu, diperlukan strategi yang baik untuk mendirikan sebuah apotek. Karena kini, masyarakat sudah semakin kritis dalam hal kesehatan. Tentunya selain ingin memperoleh obat untuk mencapai kesehatan jasmani, masyarakat juga akan memikirkan kembali tentang bagaimana pelayanan seorang farmasis kepada pasiennya. Bisa dibandingkan sistem pelayanan kefarmasian di Klinik Utama Hitayuwana dan Klinik Pratama H.R.S Dirdjowidjono, meskipun memiliki pelayanan yang baik, strategi pasar pun perlu diperhatikan untuk menarik minat pasien seperti melakukan konseling yang sesuai standar, memberi harga obat yang terjangkau dengan cara melihat bagaimana situasi lingkungan sekitar, serta memiliki tempat yang strategis namun tidak mengganggu proses pelayanan kefarmasian.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Komunikasi merupakan sebuah proses yang didalamnya kita dapat memahami orang lain dan pada gilirannya berusaha untuk dapat dipahami orang lain, komunikasi dalam kehidupan menjadi jembatan untuk mengantar kita pada berbagai kehidupan, karena itu komunikasi merupakan bagian dari kehidupan. Dapat dipastikan bahwa kita berkomunikasi dalam semua aspek kehidupan bahkan bagi seseorang yang menggeluti suatu profesi, keterampilan komunikasi sangat mempengaruhi keberhasilan profesi seseorang tersebut.
Apotek di Klinik Utama Hitayuwana dan apotek di Klinik Pratama H.R.S Dirdjowidjono dengan kelebihan dan kekurangannya merupakan sarana kesehatan yang sedapat mungkin memenuhi kebutuhan kesehatan masyarakat. Tenaga Kefarmasiaan sebisa mungkin bersikap professional dengan profesinya sehingga tercapai semua tujuan dan kehidupan dapat berjalan sebagaimana mestinya.
DAFTAR PUSTAKA
Mulyana, Deddy.2000.Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar.PT Remaja Rosdakarya
